Siaran Pers AEER & WALHI Sulawesi Selatan
Jakarta, 16 Juni 2025
Pertemuan KTT G7 yang berlangsung pada 15–17 Juni 2025 di Kanada harus dijadikan momen penting untuk perbaikan praktek ESG bagi investasi dan perdagangan negara G7 terkait dengan mineral kritis, agar tidak terjadi greenwashing.
Kendati Tiongkok menyerap 72 persen dari total nilai ekspor nikel untuk baterai untuk HS-75 dari Indonesia, tetapi produk nikel setengah jadi (intermediate) tersebut setelah diolah lebih lanjut oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok seperti Huayou Cobalt, CATL, dan CNGR lalu dikirim ke konsumen akhir industri kendaraan listrik di negara-negara anggota G7 seperti Amerika Serikat dan Jerman. Tesla diketahui memperoleh 13 persen pasokan nikelnya dari Indonesia melalui Huayou Cobalt dan CNGR. VW, Mercedes-Benz, BMW juga memperoleh pasokan nikel secara tidak langsung melalui Huayou Cobalt dan CATL.
Perusahaan-perusahaan dari negara-negara G7 juga telah aktif dalam proyek pertambangan dan pengolahan nikel di Indonesia.
Eramet (Prancis) memiliki saham signifikan di PT Weda Bay Nickel (WBN), pemegang konsesi tambang nikel seluas 45.065 hektar di Halmahera, Maluku Utara.
Vale Canada Limited (Kanada) dan Sumitomo Metal Mining (Jepang) adalah pemegang saham utama PT Vale Indonesia menghasilkan nickel matte di Sorowako Sulawesi Selatan.
Ford Motor (Amerika Serikat) bekerja sama dengan Huayou Cobalt dan PT Vale Indonesia sedang membangun pabrik HPAL dengan kapasitas 120.000 ton nikel dalam MHP pertahun di Pomalaa Sulawesi Tenggara. Hanwa (Jepang) adalah pemegang 8 persen saham di PT QMB New Energy Materials, salah satu pemilik pabrik HPAL di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Indonesia jadi lokasi penting bagi pengolahan (midstream) nikel dalam rantai pasok global baterai kendaraan listrik, khususnya baterai lithium-ion berbasis nikel seperti NMC (nickel-manganese-cobalt) dan NCA (nickel-cobalt-aluminium).
Sayangnya daerah-daerah penghasil bijih nikel dan nikel olahan di Indonesia berada di zona-zona yang penting secara ekologi dan bagi warga lokal, dan berkerentanan tinggi. Perampasan tanah (dengan kekerasan) milik masyarakat adat dan lokal terjadi. Emisi karbon yang tinggi karena penggunaan PLTU Batubara, selain pencemaran air dan udara, serta degradasi lingkungan yang harus ditanggung oleh masyarakat lingkar tambang-industri nikel.
Perusahaan seperti Vale Canada Ltd (33,88%) dan Sumitomo Metal Mining Jepang (11,48%) menguasai saham PT Vale Indonesia, yang tengah mengekspansi tambang nikel di Tanamalia, Luwu Timur, tanpa melibatkan masyarakat dalam proses Free, Prior and Informed Consent (FPIC). Rencana penambangan di blok Tanamalia ini mengancam lebih dari 17.000 hektar ekosistem hutan dan perkebunan rakyat.[1]
Perusahaan asal Prancis Eramet juga terlibat dalam jaringan rantai pasok nikel Indonesia melalui kepemilikan 37,8% saham di PT Weda Bay Nickel (WBN), yang beroperasi di Halmahera Tengah, Maluku Utara. Lokasi ini merupakan wilayah adat O’Hongana Manyawa, komunitas pemburu-peramu yang selama ini menggantungkan hidup pada hutan dan ruang hidup tradisional mereka.
Sementara itu, perusahaan otomotif asal Jerman BMW, Mercedes-Benz, dan Volkswagen, dan perusahaan Tesla (Amerika Serikat) terbukti menggunakan nikel yang terhubung dengan rantai produksi Huayou Cobalt yang mengoperasikan beberapa perusahaan smelter di Kawasan Industri IMIP, Morowali, dan Kawasan Industri IWIP, Halmahera Tengah.[2] Proses produksi nikel di fasilitas-fasilitas tersebut masih bergantung pada energi kotor PLTU batubara, dan bahan baku ore nikelnya berasal dari lokasi-lokasi yang terindikasi menyebabkan deforestasi dan konflik agraria.
Huayou Cobalt juga menggandeng Ford Motor Company (Amerika Serikat) dan Vale Indonesia untuk membangun smelter PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI) di kawasan industri IPIP, Pomalaa. Saham KNI dimiliki oleh Huayou Cobalt sebesar 73,2 %, Vale Indonesia 18,3 %, dan Ford Motors 8,5 %.
KNI dirancang sebagai salah satu proyek HPAL terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi tahunan hingga 120.000 ton Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), produk antara untuk membuat baterai kendaraan listrik. Smelter yang berada di Kawasan industri IPIP akan menggunakan sumber energi dari PLTGas sebesar 1.760 MW sehingga tetap merupakan energi fosil dan berlawanan dengan agenda dekarbonisasi sejati. Penggunaan PLTGas hanya akan menghambat akselerasi energi terbarukan.
KNI adalah kerjasama lintas kepentingan ekonomi negara-negara G7 pada industri nikel Indonesia, terdiri dari PT Vale Indonesia (dimiliki Vale Canada dan Sumitomo Metal Mining Jepang) dan Ford Motor Company asal Amerika Serikat.
AEER dan WALHI Sulawesi Selatan mendesak Pemerintah dan Perusahaan asal G7 agar konsisten melaksanakan Five-Point Plan for Critical Minerals Security yang diresmikan pada pertemuan G7 Climate, Energy and Environment Ministers’ Meeting, di Sapporo, Japan, pada April 15–16, 2023.
Kelima point tersebut adalah: 1.Perencanaan Jangka Menengah & Panjang, 2. Rantai Pasok yang Bertanggung Jawab & Diversifikasi, 3. Recycling & Circularity, 4. Inovasi & Substitusi Teknologi, 5. Kesiapsiagaan Menghadapi Gangguan Pasokan.
AEER dan Walhi Sulawesi Selatan mendesak negara dan perusahaan G7 menerapkan:
- Menyusun dan memperkuat kebijakan uji tuntas HAM dan Lingkungan dalam rantai pasok mineral kritis (pelaksanaan poin 2 dari 5 prinsip)
- Menghentikan penggunaan energi fosil baik batubara maupun gas dalam proses produksi nikel dan mineral strategis lainnya (pelaksanaan poin 2 dan 4)
- Perusahaan industri nikel asal G7 sebagai pelopor pengembangan energi terbarukan di daerah industri nikel (pelaksanaan poin 2 dan 4).
- Melakukan kuota pemakaian nikel oleh negara G7 mempertimbangkan daya dukung dan daya rusak lingkungan (Pelaksanaan poin 1,2,3,4).
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi narahubung di bawah ini.
Riski Saputra
Environmental Researcher/AEER – Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat/+62 822 4976 1486/email: info@aeer.or.id/instagram: @aeer_info
Rahmat Kottir
Kepala Departemen Eksternal Walhi Sulawesi Selatan/+62 85242161898/Email: kottirwalhisulsel@gmail.com
[1] WALHI Sulawesi Selatan. 2023. Lumbung Merica Nusantara Di Tengah Perluasan Pertambangan Nikel: Etnografi Perkebunan & Valuasi Ekonomi Kawasan Tanamalia, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Diakses melalui https://walhisulsel.or.id/4133-laporan-hasil-riset-lumbung-merica-nusantara-di-tengah-perluasan-pertambangan-nikel-etnografi-perkebunan-valuasi-ekonomi-kawasan-tanamalia-luwu-timur-sulawesi-selatan/
[2] Sangadji, A., Rahayu, L. D., & Paramarini, P. 2025. Clean cars, dirty nickel: Mapping the Indonesia–China–Germany nickel supply chain for EV batteries. Rosa-Luxemburg-Stiftung; PowerShift – Verein für eine ökologisch-solidarische Energie- & Weltwirtschaft e.V. Diakses melalui https://www.rosalux.de/fileadmin/rls_uploads/pdfs/Studien/Onl-Studie_X-25_Lieferkette_Nickel.pdf