Sejumlah petani lada dari Desa Loeha dan Ranteangin melakukan aksi di Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Vale Indonesia di Hotel Alila SCBD Jakarta pada Jumat 19 April 2024.
Dalam aksinya, perwakilan petani lada menunjukan poster-poster tuntutan di depan ruang rapat yang sementara berlangsung. Mereka menuntut agar PT Vale Indonesia dan para pemegang sahamnya menghentikan rencana perluasan tambang di Blok Tanamalia. Selain itu, mereka juga menuntut agar PT Vale Indonesia mengeluarkan Blok Tanamalia di Desa Loeha dan Ranteangin dari konsesi PT Vale Indonesia.
Menurut salah seorang petani bernama Ali Kamri, aksi yang ia lakukan bersama perwakilan petani lada tersebut bertujuan untuk memperlihatkan tuntutan masyarakat loeha kepada pemegang saham PT Vale Indonesia. Karena sudah lebih satu setengah tahun masyarakat loeha menuntut agar PT Vale Indonesia tidak memperluas kegiatan tambangnya hingga ke Blok Tanamalia yang merupakan area pertanian lada dan bentang alam hutan hujan.
“Desakan dan permintaan masyarakat, khususnya petani lada di Loeha dan Ranteangin telah dilakukan sejak tahun 2022. Permintaan utama masyarakat kepada PT Vale Indonesia adalah mengeluarkan blok tanamalia dari konsesi PT Vale Indonesia dan menghentikan ekspansi tambang nikel di perkebunan lada dan ekosistem hutan hujan di Loeha Raya”
Ali Kamri, petani lada Loeha Raya yang datang langsung dari Sulawesi Selatan ke Jakarta berujar bahwa aksi yang mereka lakukan ini merupakan aksi untuk menyelamatkan eksositem hutan hujan, sumber air dan sumber kehidupan masyarakat di Loeha Raya.
“Kami datang dari Sulawesi Selatan ingin bertemu langsung dengan para pemegang saham PT Vale untuk menyampaikan tuntutan dari para petani dan perempuan di Loeha Raya”, ujarnya.
Selain itu, ia juga menambahkan bahwa Blok Tanamalia atau lokasi yang akan di tambang oleh PT Vale Indonesia merupakan lahan produktif dan sumber penghidupan utama di lima desa. Sehingga bila PT Vale Indonesia menambang area tersebut, maka tidak hanya ribuan petani yang menderita, akan tetapi belasan ribu buruh tani, pedagang di Loeha Raya akan jatuh miskin dan hidup menderita.
“Tidak cuman lahan produktif dan sumber penghidupan bagi puluhan ribu orang, Tanamalia juga merupakan bentang alam eksositem hutan dan sumber air bersih kami. Maka dari itu, kami cuman punya satu tuntutan yakni hapuskan Blok Tanamalia dari Konsesi PT Vale Indonesia”, terangya.
Aksi tuntutan petani Loeha di Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Vale ini berlangsung damai. AKsi berlangsung pada pukul 03.00 hingga 05.00 sore. Selain itu, beberapa pemegang saham PT Vale Indonesia yang hadir dan melihat aksi petani loeha turut memberi dukungan dan semangat kepada Ali Kamri dan petani lainnya.
Tidak hanya itu, hadir juga Direktur WALHI Sulawesi Selatan, Muhammad Al Amin dalam aksi tersebut.