MAROS, WALHISULSEL – Sebagai aksi nyata panggilan nurani akan eksistensi hutan hujan yang makin tergerus, Anak Muda Jaga Iklim (AMJI) berkolaborasi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan (Sulsel) bersama 80 Komunitas di Sulsel menggelar kampanye “Selamatkan Hutan Hujan Sulawesi Selatan”.

Aksi kampanye yang digelar ini, merupakan rangkaian dari kegiatan Aksi Muda Jaga Iklim di Sulsel dengan ragam aksi nyata perihal isu lingkungan lainnya, diantaranya kampanye lingkungan, panggung iklim, workshop eco enzyme, pemutaran film sungai plastik, talkshow, pameran komunitas, seni karya daur ulang, iklim art, penanaman dan pembagian 1.000 bibit.

Pengkampanye Walhi Sulsel, Fitrah Yusri, mengungkapkan, kegiatan aksi ini digelar selama 2 hari, mulai Sabtu (12/10/2024) hingga (13/10/2024), di Leang-leang, Kampung Panaikang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros.

Dengan mengambil tema “Bersama Melestarikan Bumi untuk Masa Depan”, Wallhi Sulsel dengan berkolaborasi dengan 80 komunitas di Sulsel terus menggaungkan perihal soal lingkungan, dan mengingatkan Kembali bahwa menjaga dan melindungi hutan hujan sangatlah penting untuk menjaga keseimbangan iklim.

“Tentunya dengan kegiatan aksi ini, kami berharap menjadi momentum penting untuk lebih mengkampanyekan perihal isu lingkungan yang sudah tahap genting dan pentingnya kolaborasi dengan pihak terkait untuk lebih menggalakkan isu lingkungan, agar tidak hanya sekadar wacana saja. Tapi juga diperlukan aksi nyata,” kata Fitrah, Sabtu (12/10/2024).

Ketua AMJI, Yohanes Benediktus, menjelaskan, aksi kampanye ini merupakan rangkaian kegiatan dalam menyuarakan krisis ikim yang semakin parah.

Sekedar diketahui, sebelum aksi kampanye ini, Walhi Sulsel bersama Green Youth Movement telah melakukan brand audit hasil sampah yang telah dikumpulkan untuk memetakan aktor dibalik sampah yang berada di Binanga Sangkara. Sampah yang terkumpul itu adalah hasil dari aksi bersih di kawasan Mangrove Binangasangkara pada 15 September lalu, dan telah dihitung oleh 6 orang enumerator.

“Dan dari hasil brand audit tersebut, kita berhasil mengumpulkan total 915 item sampah plastik dengan berat keseluruhan mencapai 8.028 gram dari berbagai merek dagang dari beberapa perusahaan dan didominasi sampah sekali pakai,” kata Yohanes.

Adapun perusahaan besar yang berkontribusi terhadap sampah-sampah tersebut, kata Yohanes, diantaranya Nusapersada, Wings Group, Indofood, Unilever, juga ada beberapa dari perusahaan lokal.

“Dari sampah plastik yang dibrand audit di pesisir Ampekale ini, didominasi kemasan produk makanan dan minuman, terutama plastik sekali pakai. Selain itu, juga ada temuan dari brand audit, sekitar 344 item sampah yang ditemukan tidak memiliki merek yang jelas. Hal ini menunjukkan adanya tantangan dalam melacak sumber plastik tanpa identitas,” kata Yohanes.

Marwiah Syam Butterflyrock