MAKASSAR, WALHI SULSEL – Sebagai aksi menyoroti permasalahan iklim yang makin mengkhawatirkan saat ini, Aksi Muda Jaga Iklim (AMJI) bersama Green Youth Movement berkolaborasi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan (Sulsel) menggelar Karnaval Parade Iklim.
Tim Kampanye Walhi Sulsel, Muhajirin, mengatakan, Karnaval Parade Iklim ini merupakan aksi kolaborasi AMJI, Green Youth Movement, Walhi Sulsel, Penjaga Laut, Econusa, Balla tani dan 95 organisasi/komunitas sebagai bentuk keresahan orang muda terkait permasalahan sampah plastik kemasan yang menjadi kontributor atas krisis iklim yang terjadi saat ini.
“Karnaval Parade Iklim ini juga merupakan puncak dari kegiatan AMJI 2024, dimana sebelumnya kami telah melakukan 2 agenda road to AMJI 2024, yakni pertama, melakukan penanaman 2000 bibit mangrove dan aksi bersih pesisir di Binanga Sangkara. Yang kedua, melaksanakan festcamp iklim di Leang-leang di Kabupaten Maros,” kata Hajir, saat aksi Karnaval Parade Iklim, di Pantai Losari, Jl Penghibur, Sabtu (26/10/2024).
Aksi Karnaval Parade Iklim ini, kata Hajir, selain Makassar, juga dilaksanakan secara serentak di kota lainnya, yakni Jakarta, Pontianak, Sorong, Ambon.
“Di Sulawesi Selatan sendiri, terdapat 55 titik dibawah kordinasi Green Youth Movement,” kata Hajir.
Sekedar diketahui, beberapa waktu lalu, AMJI bersama Green Youth Movement juga berkolaborasi Walhi Sulsel melaksanakan brand audit di wilayah pesisir Ampekale di Kabupaten Maros, untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan perusahaan yang paling banyak berkontribusi terhadap polusi plastik, khususnya di wilayah di pesisir. Dari kegiatan ini, tim berhasil mengumpulkan total 915 item sampah plastik dengan berat keseluruhan mencapai 8.028 gram. Sampah-sampah tersebut, terdiri dari beragam jenis produk dan material plastik yang ditemukan berserakan di pesisir Ampekale, dimana dicatatkan Forisa Nusapersada adalah perusahaan penyumbang sampah dengan jumlah terbanyak dengan total 190 item. Disusul oleh Wings Group dengan 48 item, Cahaya Putra Makassar dengan 39 item, dan Indoflora Cipta Mandiri sebanyak 25 item, dan Mayora tbk dengan 19 item.
“Selain itu, kami juga menemukan sejumlah sampah dari perusahaan terkenal lainnya, seperti Indofood sebanyak 15 item, Unilever 7 item dan Coca Cola sebanyak 3 item. Tentunya ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan multinasional memainkan peran besar dalam kontribusi sampah plastik yang mencemari lingkungan. Tak hanya itu, dari hasil brand audit ini, juga terlihat bahwa mayoritas sampah plastik di pesisir Ampekale adalah kemasan plastik sekali pakai dari produk makanan dan minuman dari merek-merek terkenal. Di luar itu, juga terdapat sekitar 344 item sampah yang ditemukan tidak memiliki merek yang jelas,” kata Hajir.
Hajir, berharap, dari situasi saat ini perlunya penegakan regulasi yang lebih ketat dalam hal penggunaan dan pengelolaan sampah plastik oleh perusahaan multi nasional dan lokal.
“Kami juga berharap dari hasil dari brand audit ini memberikan dasar yang kuat untuk beberapa rekomendasi penting kepada perusahaan yang diharapkan untuk mulai mengambil langkah konkret dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan meningkatkan tanggungjawab terhadap produk mereka melalui program daur ulang yang lebih efektif dan mendukung penggunaan bahan yang lebih ramah lingkungan. Sedang untuk masyarakat, kami berharap untuk mulai mengurangi konsumsi plastik sekali pakai dan memilih alternatif yang lebih berkelanjutan. Kami juga berharap pemerintah semakin berperan aktif dalam mengatur dan mengawasi perusahaan yang memproduksi plastik dan memastikan bahwa mereka mematuhi aturan dan regulasi yang mendukung pengurangan sampah plastik. Selain itu, tentunya kami juga berharap kegiatan ini dapat menginspirasi lebih banyak aksi di masa depan untuk mengatasi masalah sampah plastik di pesisir dan melindungi ekosistem kita dari dampak negatif polusi plastik,” kata Hajir.
Marwiah Syam Butterflyrock