Makassar, 25 November 2024 – Dalam upaya mendorong kesadaran ekologis di kalangan anak muda, Green Youth Movement Sulawesi Selatan menggelar acara nonton bareng film dokumenter 17 Surat Cinta karya Dandhy Laksono dan diskusi interaktif bertajuk Orang Muda, Hutan Hujan, dan Pilkada Sulawesi Selatan di Jeger Coffee Shop. Acara ini menghadirkan diskusi kritis mengenai keterkaitan kondisi hutan hujan, hak lingkungan hidup, dan pemilu lokal mendatang.

Zulfaningsih HS, Kepala Divisi Perlindungan Ekosistem Esensial WALHI Sulawesi Selatan salah satu pembicara utama, mengungkapkan bahwa film ini sangat relevan dengan situasi kerusakan hutan yang terjadi, khususnya di Sulawesi Selatan. “Film 17 Surat Cinta memperlihatkan bagaimana aktivitas ilegal, seperti pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit di kawasan konservasi, mencerminkan lemahnya tata kelola dan penegakan hukum. Hal ini tidak hanya mengancam keanekaragaman hayati tetapi juga mengganggu keberlangsungan hidup masyarakat lokal yang bergantung pada hutan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Zulfaningsih HS menegaskan pentingnya perlindungan hutan hujan sebagai penyedia layanan ekosistem yang tak tergantikan. “Hutan hujan tidak hanya menjadi paru-paru dunia, tetapi juga memberikan stabilitas lingkungan dengan menyimpan karbon, melindungi tanah, hingga menyediakan habitat bagi ribuan spesies. Namun, ancaman deforestasi terus meningkat karena eksploitasi seperti perkebunan, tambang, dan infrastruktur,” tambahnya.

Menurutnya, jika ekosistem hutan hujan di Sulawesi Selatan terus menyusut – dengan luas hutan yang tersisa hanya 29% dari total wilayah – daerah ini menghadapi risiko bencana ekologis yang meluas. “Krisis ini seharusnya menjadi prioritas dalam Pilkada mendatang, mengingat UU No. 26 Tahun 2007 menetapkan tutupan hutan minimal 30%. Kita butuh pemimpin dengan komitmen pada keadilan ekologis,” ujar Zulfaningsih HS.

Hajir, Green Youth Movement, pembicara lainnya, mengkritik visi-misi calon pemimpin Sulawesi Selatan yang dianggap belum mencerminkan keberpihakan pada perlindungan lingkungan. “Track record dan visi-misi adalah dua indikator penting dalam memilih pemimpin. Sayangnya, kedua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur saat ini, tidak memiliki prestasi dan rekam jejak yang baik dalam mewujudkan keadilan ekologis. Visi-misinya pun tidak konkret, hanya terkesan formalitas,” tegasnya.

Pio Orang Muda Luwu Timur, menghubungkan isu degradasi hutan dengan eksplorasi tambang di Loeha Raya oleh PT Vale, yang membawa dampak serius, mulai dari kerusakan lingkungan, pencemaran air, hingga konflik sosial.

Sementara itu, tambahnya mengajak anak muda untuk berperan aktif dalam mengawal isu lingkungan, terutama terkait konversi lahan di Loeha Raya. “Banyak anak muda yang sebenarnya bisa terlibat. Kita hanya perlu membangun kepedulian untuk bergerak bersama demi kemanusiaan,” tutupnya.

Acara ini menjadi momentum penting untuk menegaskan bahwa suara anak muda dalam Pilkada Sulawesi Selatan sangat krusial. Dengan memilih pemimpin yang memiliki visi keberlanjutan, generasi muda dapat menciptakan perubahan nyata, mengembalikan semangat cita-cita bangsa untuk bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.