Pemerintah Kabupaten Takalar menyatakan komitmennya untuk segera melakukan penyelamatan di daerah pesisir yang terdampak abrasi.

“Kita semua harus menyadari betapa pentingnya lingkungan hidup, karena lingkungan adalah sesuatu yang sangat prinsipil,” kata Bupati Takalar Syamsari Kitta dalam seminar yang gelar di gedung pola kantor Bupati Kabupaten Takalar, Kamis (7/2/2019).

Syamsari Kitta mengatakan perhatiannya terhadap isu lingkungan tidak terlepas dari aktivitas penambangan pasir laut yang berdampak langsung pada masyarakat pesisir Galesong.

“Pemilihan tema lingkungan ini, tidak terlepas dari aktivitas yang terjadi di pesisir Galesong sejak adanya penambangan pasir laut. Hal itu menyebabkan degradasi lingkungan yang sangat parah,” kata Syamsari Kitta.

Abrasi Merusak Makam/Liputan6

Karenanya, Ia mengungkapkan pentingnya kolaborasi antara Pemerintah, Media dan NGO dalam hal ini Walhi untuk memperjuangkan kelestarian lingkungan.

“Semua harus terintegrasi, waktunya kita kolaborasi,” katanya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Walhi Sulsel Muhammad Al Amin yang diberi kesempatan untuk menyampaikan pandangannya menyatakan apresiasinya terhadap komitmen Pemda Takalar tersebut.

“Saya mengapresiasi kegiatan semacam ini. Saya kira setuju dengan apa yang disampaikan, bahwa sudah waktunya kita berkolaborasi untuk pemulihan dan pelestarian lingkungan,” kata Amin.

Dalam pemaparannya, Amin mengungkapkan luas area pesisir Takalar mencapai 46% dari total luas Kabupaten Takalar. Hal itu menunjukkan, daerah ini sangat potensial untuk menjadi sumber ekonomi, khususnya bagi masyarakat pesisir dibidang perikanan.

Direktur Eksekutif Walhi Sulsel Muhammad Al Amin/Risky Saputra

Namun, saat ini fenomena abrasi yang terjadi mengancam kehidupan masyarakat pesisir, utamanya yang berprofesi sebagai nelayan tradisional.

“Menurut data yang kami peroleh langsung dari masyarakat pesisir, abrasi secara massif dan cepat, baru terjadi ketika ada aktivitas tambang pasir laut oleh Boskalis dan Jan De Null untuk kepentingan reklamasi di pesisir Makassar,” tegasnya.

Amin mengatakan bahwa abrasi terjadi karena berkurangnya reduktor energi ombak alami yaitu karang, lamun, dan pasir. Kondisi itu makin diperparah dengan adanya aktivitas penyedotan pasir laut di perairan Galesong.

Seminar Abrasi Mengancam Kehidupan Makhluk Hidup/Risky Saputra

“Dalam catatan WALHI Sulsel, selain mengakibatkan abrasi dampak tambang pasir laut tersebut juga merusak wilayah tangkap nelayan sehingga membuat pendapatan nelayan berkurang drastis,” ungkap Amin.

Tidak hanya berbicara mengenai dampak tambang pasir laut. Amin juga menjelaskan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak abrasi.

“Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pemulihan lingkungan, yaitu dengan coral replanting, budidaya lamun, dan pembuatan breakwater serta tanggul di pesisir,” menurutnya, hal-hal ini penting untuk segera dilakukan untuk mencegah abrasi semakin menjadi-jadi.